Cinta Kerja Harmoni


Friday, March 22, 2013

Membersamai dan Mendampingi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dan Perkembangannya di Kota Sawahlunto




MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)
     Pada prinsipnya, M-KRPL adalah percontohan pemanfaatan pekarangan secara optimal dengan berbagai jenis tanaman (tanaman pangan, sayuran, buah, toga, ikan) dan ternak secara lestari untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, mengembangkan ekonomi produktif, serta menciptakan lngkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Tujuannya adalah mewujudkan kemandirian pangan keluarga, penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Perbedaan M-KRPL dengan program pemanfaatan pekarangan lainnya adalah adanya upaya untuk menjaga keberlanjutan program dengan dibangunnya kebun bibit pada setiap lokasi desa/kelurahan.


 
M-KRPL KOTA SAWAHLUNTO
     Kelompok Wanita Tani (KWT) Lansek Manih, Kelurahan Talawi Mudik sebagai pelaksana kegiatan M-KRPL di Kota Sawahlunto dipercaya sebagai satu-satunya pelaksana sejak November 2011 lalu dan berlanjut sampai sekarang. Pemilihan KWT ini tidak terlepas dari persyaratan yang ada untuk mencapai keberhasilan, yakni rumahtrangga dalam satu kawasan yang kelompoknya sudah terbentuk, partisipasi anggota dapat diandalkan dan lokasi mudah dikunjungi, sehingga replikasinya dapat terlaksana dengan cepat.
     Selain itu, pemilihan lokasi dan kelompok juga sesuai dengan kesepakatan antara Dinas Pertanian dan Perkebunan melalui kegiatan P2KP dan Program Sapu Bersih Kemiskinan yang dicetuskan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto.
     Desa Talawi Mudik merupakan salah satu desa dari tujuh desa di Kecamatan Talawi. Luas desa mencapai 876 ha, terdiri dari 4 Rukun Warga (RW).  Luas lahan pemukiman mencapai 15% dari luas desa, dengan jumlah penduduk 2.587 orang (75 KK).
 

IMPLEMENTASI
     Sebagai kegiatan percontohan fasilitas yang disediakan bagi kelompok sasaran rumahtangga peserta lebih bersifat stimulus guna memancing partisipasi aktif dan motivasi masyarakat. Dalam bentuk fisik, BPTP Sumbar menyediakan Kebun Bibit Desa (KBD), bibit sayuran dan buah, tanah dan pupuk kandang, rak vertikultur, polibag dan pot, serta sarana pendukung lainnya agar sarana fisik tersebut berfungsi dengan baik. Jenis bibit sayuran antaranya bawang merah, terong, cabe, tomat, caisim, seledri, kacang panjang, dan selada, sedangkan bibit buah terdiri dari mangga, buah naga, pepaya, jambu biji, sirsak, dan belimbing, serta toga.
     Bimbingan dan pendampingan teknis maupun kelembagaan dilakukan bersama oleh peneliti/penyuluh, penyuluh pendamping, dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Sawahlunto secara berkala sesuai kebutuhan.

PELATIHAN KELOMPOK SASARAN
     Materi pelatihan yang diberikan tidak hanya mencakup teknis pembibitan dan budidaya tanaman pada media vertikultur, polibag/plot atau langsung di tanah, tetapi juga dengan materi pengolahan hasil.  Salah satu bentuk pengolahan bahan pangan adalah menggunakan bahan baku ubijalar ungu yang dihasilkan sendiri oleh KWT. Aneka produk yang dihasilkan adalah stik ubijalar, kue mangkok, dan es krem.  Peragaan proses pengolahan hasil dari ubijalar tersebut tidak hanya diikuti oleh anggota KWT Lansek Manih semata, tetapi juga dari M-KRPL Sijunjung, kota Solok, Kab. Solok, Kab. Tanah Datar dan kelompok wanita lain di Kota Sawahlunto dan menjadikan lokasi ini sebagai objek kunjungan.
     Sebaliknya, terkait dengan peningkatan kapasitas,dan motivasi, KWT Lansek Manih telah melakukan studi banding ke Balitbutrop, KP Balitro Laing dan BPTP Sumatera Barat, guna melihat dari dekat keragaan sumber benih/bibit tanaman buah, toga, dan sayuran yang mereka pakai.
 
UPAYA PENGEMBANGAN
     Rangkaian kegiatan M-KRPL diawali dengan kegiatan sosialisasi, penetapan kelompok sasaran, identifikasi potensi lahan pekarangan, perencanaan pemanfaatan, implementasi teknologi sesuai strata lahan, pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan (replikasi). Khusus untuk implementasi, keberadaan dan fungsi KBD dalam penyediaan benih/bibit menjadi kunci keberlanjutan. Bibit yang dihasilkan oleh kelompok dari KBD tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga peserta, lebih jauh juga bisa dipersiapkan untuk mengantisipasi permintaan untuk pengembangan.
 

Beberapa indikator keberhasilan dan pengembangan antara lain terlihat dari keragaan tanaman dalam kawasan, dibangunnya KBD baru, meningkatnya rumahtangga peserta dari 15 menjadi 66, adanya inisiatif peserta dalam menambah populasi tanaman dengan memperbanyak media tanam (polibag), banyaknya pengunjung dan mulai adanya replikasi secara terbatas di komplek perumahan.
Respon positif dari pemerintahKota Sawahlunto adalah memfasilitasi sebanyak 37 KBD melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Sawahlunto dengan dukungan ini diharapkan keberlanjutan kegiatan ini dapat tercapai (milah dan tim mkrpl Sawahlunto 2012)