Secara
alami, proses pengomposan berlangsung lama (6-12 bulan), sampai bahan organik
tersebut tersedia bagi tanaman (Isroi, 1994). Proses pengomposan dapat
dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang berkemampuan
tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa
bulan menjadi beberapa minggu saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan dekomposer BeKa, Stardec, Promi, dan EM-4 pada jerami padi
membutuhkan waktu berturut-turut 35 hari, 30, hari, 32 hari, dan 36 hari untuk
menjadi kompos. Sedangkan pada limbah ubikayu berturut-turut 23 hari, 21 hari,
23 hari, dan 25 hari (Barus dan Basri, 2010). Menurut Winaryu (2005) dalam Galileo
(2007), penggunaan inokulan EM-4, kotoran kuda, dan limbah buah-buahan dalam
proses pengomposan sampah kedelai membutuhkan waktu berturut-turut 25 hari, 35
hari, dan 30 hari. Sedangkan menurut Maria (2006) dalam Galileo (2007),
pengomposan sampah organik menggunakan inokulan limbah pepaya dan EM-4 dengan
konsentrasi 100 ml limbah pepaya membutuhkan waktu 36 hari dan konsentrasi 200
ml limbah papaya membutuhkan waktu 24 hari, dan tanpa perlakuan limbah pepaya
membutuhkan waktu 45 hari.
Saat ini sedang dikembangkan pengelolaan
limbah tanaman yang merupakan salah satu sampah organik yang dapat digunakan
sebagai salah satu media biakan (inokulan) mikroba yang mampu mendegradasi
bahan-bahan organik (Galileo, 2007). Pengelolaan Mikro Organisme Lokal (MOL)
ini selain dapat digunakan sebagai dekomposer juga sebagai pupuk organik cair,
dan lain-lain. Menurut Purwasasmita dan Kunia (2009), larutan
MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar berasal dari berbagai
sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan
makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan
organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali penyakit maupun
hama.
Eksplorasi
dan pengembangan MOL sangat mudah dilakukan, tinggal mengeksplorasi dari mana
MOL tersebut akan dipilih. Bonggol pisang, rebung, buah maja, buah-buahan
masak, sayur-sayuran, isi bambu dan rumen
merupakan bahan lokal alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber
biakan. Selanjutnya MOL tersebut digunakan sebagai dekomposer untuk membuat
pupuk organik.
PROSES PEMBUATAN MOL
Proses pembuatan mol cara petani (Kelompok Lurah Sepakat Kab.
Agam dan kelompok Fadhila Kabupaten Lima Puluh Kota - Sumatera Barat) :
Bahan yang digunakan adalah rumen sapi,
gula merah (2 Kg) dan air kelapa (10 L). caranya yaitu, ke dalam air
kelapa dimasukan gula merah yang telah di cincang halus, masukan rumen, tutup wadah,
kemudian aduk rata, dan difermentasi selama 1 minggu.
2. Mol Keong
Bahan
yang digunakan adalah keong (5 Kg), gula merah (1 Kg) dan air kelapa (10
L). cara pembuatanya itu keong yang telah di pukul-pukul sampai pecah, di
campurkan dengan gula merah yang juga ditumbuk halus, masukan/campurkan dengan air
kelapa, aduk rata, tutup wadah dengan plastik, dan fermentasi selama 15 hari.
3. Mol Buah
Bahan yang digunakan adalah buah-buahan (5
Kg), gula merah (1 kg) dan air kelapa (10 L). Cara pembuatan yaitu buah-buahan,
gula merah di tumbuk halus, kemudian di campur dengan air kelapa, masukan kedalam wadah tertutup
(jerigen), aduk rata dan fermentasi selama 15 hari.
4 . Mol Rebung
Bahan yang digunakan rebung yang
telah diparut (5 Kg), gula merah di tumbuk halus (1 Kg), dan air kelapa (10
L). cara pembuatan yaitu rebung dan gula merah
di masukan ke dalam air kelapa,
kemudian tutup rapat wadah dengan plastik dan fermentasi selama 15 hari.
5. Mol Mikroba II
MikrobaI
:
Bahannya adalah nasi yang di masak 1/3 matang (1 Kg).
cara pembuatanya yaitu nasi dimasukan kedalam bambu yang telah dipotong sedemikian rupa,
bambu di isi dengan nasi 2/3 bagian (jangan terlalu penuh),
kemudian bambu diikat erat, dan diletakkan dirumpun bambu,
dan ditutup dengan sampah-sampah rumpun bambu, fermentasi selama 4 hari.
Mikroba2 :
Bahannya adalah 1
kg Mikroba I ditambah dengan gula merah 1 kg dihaluskan sampai rata, dan difermentasi
1 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barus, J.dan E. Basri. 2010. Keragaan Hasil Analisis Kompos Berbahan
Baku Insitu. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna Agroindustri
Polinela 2010. Bandar Lampung, 5-6 April 2010;261-266 hlm.
2. Galileo.
2007. Pengaruh limbah toma tdan EM-4 terhadap percepatan pengomposan sampah organik. http://blogspot.com/tag/enlpercepatan. Diunduh pada tanggal
22 Mei 2007.
3. Isroi. 1994. Peranan mikrobiologi tanah dalam
meningkatkan ketersediaan hara. Kyusei Nature Farming Societies. Vol:
OS/IKNFS/II. Jakarta.
No comments:
Post a Comment