Cinta Kerja Harmoni


Thursday, January 14, 2016

PENATAAN LAHAN PEKARANGAN DAN KEBUN BIBIT DESA


PENDAHULUAN
Secara umum pekarangan rumah di Indonesia merupakan bagian yang sangat penting dari kepemilikan lahan secara keseluruhan.  Menurut FAO (2013) dan Mazumdar dan Mazumdar (2012) pekarangan rumah dapat didefinisikan sebagai sistem pertanian yang menggabungkan antara fungsi sosial, spiritual dan ekonomi. Pada fungsi sosial, pekarangan merupakan lahan yang dapat digunakan untuk pertemuan, bermain anak-anak dan taman.  Sedangkan fungsi ekonomi diartikan bahwa lahan pekarangan merupakan suatu agroekosistem yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai sumber pangan, bahan energi, dan serat (Calvet-Mir et al., 2012) sehingga dapat digunakan untuk menambah pendapatan dengan cara menanam tanaman pangan, obat dan pohon-pohon serta dengan cara memelihara hewan dan ikan.  Menurut Davies et al. (2009) pekarangan rumah juga merupakan sumber daya untuk keanekaragaman hayati dan situs penting untuk konservasi in situ dalam ecozones (Trinh et al., 2003).
Menurut Menpan (dalam Riri, 2013) lahan pekarangan yang dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam ± 10 juta hektar.  Melihat potensi lahan pekarangan yang demikian luas, sejak dua tahun lalu pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian, membuat program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).  Program ini memaksimalkan sekecil apa pun lahan pekarangan rumah untuk ditanami dengan tanaman pangan, seperti sayur-sayuran, buah, serta tanaman obat; program ini dilaksanakan untuk mendukung program ketahanan pangan. Keberhasilan program ini diapresiasi oleh FAO (2013) dengan memberikan penghargaan  Award Outstanding Progress in Fighting Hunger and Undernourishment" kepada Indonesi sebab Indonesia juga bisa memenuhi target pertama agenda pembangunan global (MDGs/Millenium Development Goals (MDGs) dimana tujuan pertama dari MDGs adalah bahwa pada tahun 2015 nanti setiap negara diharapkan mampu untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi awal pada tahun 1990. Program ini diharapkan juga akan memenuhi Angka Kecukupan Energi (AKE) ketersediaan, yang semula 2.200 kkal/kap/hr menjadi 2.400 kkal/kap/hr dan konsumsinya dari 2.000 kkal/kap/hr menjadi 2.150 kkal/kap/hr (Anonimous, 2012). 
Di Sumatera Barat luas lahan pekarangan mencapai 84.247 ha yang tersebar di 12 kabupaten dan 7 kota.  Potensi yang cukup besar ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya tanaman sayur dan buah.  Dengan termanfaatkannya lahan pekarangan dengan baik, diharapkan konsumsi sayur dan buah akan meningkat sehingga meningkatkan pula pola pangan harapan (PPH) masyarakat (Ariani, 2010); demikian pula pada masyarakat Sumabr, karena menurut DKP (2009), di Indonesia propinsi-propinsi dengan prevalensi sangat rawan pangan <10% pada tahun 2008 selain Bali salah satunya adalah provinsi Sumbar (7.4%).   
Untuk mendukung program tersebut, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) beserta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di seluruh provinsi Indonesia melaksanakan pendampingan maupun penelitian/pengkajian M-KRPL di kab/Kota di Sumatera Barat. Salah satunya pendampingan KRPL Kota Bukittinggi.

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah rumah-rumah dalam suatu  kawasan yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif dengan prinsip ramah lingkungan untuk :

n   pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi  keluarga,

n   peningkatan pendapatan  keluarga

n   peningkatkan kesejahteraan

Sekecil apapun pekarangan bisa kita manfaatkan dengan melakukan penataan lahan pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasnya, karena letaknya di sekitar rumah, maka pekarangan merupakan lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan memanfaatkan waktu luang yang tersedia. Pemanfaatan pekarangan yang baik dapat mendatangkan berbagai manfaat antara lain:
1. Sumber pangan, sandang dan papan penghuni rumah
2. Sumber plasma nutfah dan ragam jenis biologi,
3. Lingkungan hidup bagi berbagai jenis satwa,
4. Pengendali iklim sekitar rumah dan tempat untuk kenyamanan,
5. Penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen,
6. Tempat resapan air hujan dan air limbah keluarga ke dalam tanah,
7. Melindungi tanah dari kerusakan erosi
8. Tempat pendidikan bagi anggota keluarga

PENATAAN PEKARANGAN
Pekarangan merupakan lahan di sekitar rumah, karena itu pemanfaatan pekarangan bukan hanya mempertimbangkan hasil, tapi juga perlu mempertimbangkan aspek keindahan. Pemilihan komodits, luas lahan pekarangan dan kemudahan dalam pemanfaatan hasil.KEINDAHAN
Sebagai acuan, penataan pekarangan dapat dilakukan sebagai berikut:1. Halaman depan (buruan):, tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian 2. Halaman samping (pipir): tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi3. Halaman belakang (kebon): bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industry

POTENSI PENGEMBANGAN
Komoditi yang diusahakan dipekarangan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna meliputi: 1. Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, bumbu-bumbuan, obat 2. Tanaman bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman, anggrek) 3. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pedaging , 4. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dll.

PELAKSANAAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
Pekarangan sering juga disebut sebagai warung hidup, apotek hidup, lumbung hidup maupun bank hidup.

Sebagai Warung Hidup
Pekarangan yang berfungsi sebagai warung hidup adalah pekarangan yang dimanfaatkan dengan menanami dengan tanaman, ternak maupun ikan yang dapat dipanen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warung hidup diartikan agar pekarangan menghasilkan yang biasa dibeli sehari-hari dari warung. Untuk pelaksanaannya pekarangan dapat ditanami berbagai jenis tanaman sayuran seperti; bayam, kangkung, mentimun, kacang panjang, terung, sawi dll, tanaman bumbu/ rempah seperti; jahe, kencur, kunyit, serei dll, ternak penghasil daging dan telur seperti; ayam, itik dll, maupun ikan seperti lele, nila dsb.

Sebagai Apotek Hidup
Dapat pula pekarangan berfungsi sebagai apotek hidup, dimana pekarangan ditanami berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan obat keluarga (TOGA). Tanaman obat keluarga tersebut diantaranya adalah; sembung, saga, tapak dara, mahkota dewa, daun dewa, brotowali, temu-temuan, mengkudu, mangkokan, meniran, dll.
 
Sebagai Lumbung Hidup
Dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat, pekarangan dapat berfungsi sebagai lumbung hidup, dimana pekarangan ditanami dengan tanaman palawija yang banyak mengadung karbohidrat, seperti ubikayu, ubijalar, jagung, talas dll. Pada masa lalu, ketika masih ada musim “paceklik” dimana masa belum panen padi, peran pekarangan sebagai lumbung hidup ini sangat berarti sekali, sebagai pengganti padi/ beras pekarangan dapat menghasilkan jagung maupun umbi-umbian yang dapat dimasak sebagai pengganti nasi untuk konsumsi bahan makanan pokok.

Sebagai Bank Hidup
Pekarangan dapat pula berfungsi sebagai bank hidup, dimana pekarangan yang ditanami tanaman keras/ tahunnan yang dapat menghasilkan uang, tanaman ini merupakan investasi jangka panjang, yakni pekarangan yang ditanami tanaman buah-buahan seperti; rambutan, durian, sukun, mangga, belimbing, salak, lengkeng, alpukat maupun  tanaman kayu seperti albasiah, mahoni, jati dll.
Dalam mengelola lahan pekarangan sebaiknya kita menyusun suatu perencanaan penataan lahan pekarangan sehingga areal lahan yang akan dikelola dapat dimanfaatkan secara optimal dan produktif secara berkelanjutan.

PERENCANAAN POLA/ MODEL PEMANFAATAN PEKARANGAN
Berikut panduan perencanaan dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan: 
        
1. Pengolahan Lahan (Tanah) Tahap ini merupakan tahap awal dalam berkebun. Lahan perlu dibersihkan dari tanaman liar. Upayakan pembersihan lahan tidak menggunakan bahan kimia karena residunya dalam tanah akan mengurangi produktivitas tanah. Bila tanah berwarna gelap dan gembur, kita hanya perlu memberikan pupuk tambahan pada saat penanaman. Sedangkan bila tanah berwarna agak terang, pucat, dan padat maka kita perlu mengolahnya secara intensif dengan mencangkul untuk mengemburkan tanah dilanjutkan dengan memberikan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk kimia (TSP, KCl, dan Urea maupun NPK) secara berimbang.

2. Menentukan Jenis Tanaman
Pilihlah jenis tanaman yang bermanfaat bagi keperluan rumah tangga baik untuk obat atau kesehatan keluarga (sembung, saga, tapak dara, mahkota dewa, daun dewa, brotowali, sambiloto, temu-temuan, mengkudu, mangkokan, meniran) dan keperluan dapur (cabe, tomat, sayuran; bayam, kangkung, mentimun, kacang panjang, terung, sawi) serta pelengkap gizi keluarga (dengan menanam pepaya , pisang , jeruk dan ternak ayam, itik serta ikan). Untuk tujuan estetika, pilihan tanaman yang memiliki figure menarik yakni berbagai jenis/ macam tanaman  hias lainnya.

3. Menentukan Tata Letak Tanaman
Dipandang dari sudut pandang habitatnya, pada prinsipnya semua tanaman memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang hari. Tempatkan jenis-jenis yang berukuran kecil mulai dari bagian Timur dan tempatkan jenis tanaman yang berukuran besar seperti buah-buahan di bagian sebelah Barat. Hal ini dimaksudkan agar jenis tanaman yang besar tidak menaungi/ menghalangi sinar matahari terhadap tanaman yang kecil. Demikian pula kerapatan dan populasi tanaman perlu diperhatikan karena mempengaruhi efisiensi penggunaan cahaya matahari serta persaingan antar tanaman dalam menggunakan air dan unsur hara. Aturlah tata letak sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan misalnya jangan sampai menghalangi jalan masuk, menghalangi pandangan, dan sebagian tanaman atau kotoran masuk ke areal kebun tetangga.
Dari segi estetika, penempatan tanaman yang berukuran lebih kecil seperti tanaman hias sebaiknya ditanam di pekarangan paling depan, tanaman buah-buahan sebaiknya ditanam dibelakang atau dipinggir letak bangunan rumah. Jemuran pakaian juga perlu mendapat perhatian penempatannya, jangan sampai didepan rumah, usahakan dihalaman bagian belakang.
Dan apabila dari sudut pandang kesehatan, penempatan kandang ternak sebaiknya di halaman bagian belakang.

Secara garis besar area atau daerah taman pekarangan pada umumnya dapat dibagi menjadi:

a.   Daerah umum (public area).
Taman yang kita buat dimaksudkan pada area ini selain dilihat dan dinikmati oleh penghuni rumah juga oleh siapa saja yang lewat di depan atau disekitar rumah kita.

b.   Daerah kesibukan (service area).
Taman yang kita buat pada area ini adalah untuk kesibukan penghuni rumah, misalnya tempat mencuci pakaian, mencuci piring atau lainnya. Pada area inipun dapat ditanam tanaman bumbu-bumbuan, sayur-sayuran atau tempat menanam tanaman obat-obatan. Begitu pula tempat anak-anak bermain.
Biasanya daerah ini diletakkan dekat dapur, dengan maksud bila mau ambil tanaman bumbu pada saat sedang memasak mudah dan dekat sehingga tidak memerlukan waktu yang lama, jadi masakannya tidak menjadi hangus. Begitupula tempat anak-anak bermain diletakkan didaerah ini, dengan maksud ibu atau pembantu rumah tangga atau penghuni rumah yang lainnya sambil bekerja, setiap saat dapat mengawasi anak-anak yang sedang bermain. Apalagi tiba-tiba ada anggota keluarga memerlukan tanaman obat-obatan, terutama pada malam hari dapat dengan mudah dan aman mengambilnya.

c.    Daerah pribadi (private area).
Daerah ini kita buat taman yang khusus untuk pribadi, misalnya tempat ibu atau bapak menanam tanaman hobbinyam trmpat"bertukang", melakukan penelitian yang paling hemat, aman, setiap saat dapat diamati. Daerah pribadi ini biasanya disediakan disamping rumah.

d.   Daerah famili (family area).
Daerah ini dapat dibuat taman untuk kepentingan keluarga, atau tempat berolah raga, atau tempat keluarga berkumpul, camping dan lainnya. Jangan lupa memikirkan tempat anak-anak dikala remaja bersantai. Taman untuk keluarga ini diberi tempat yang strategis dipekarangan bila pekarangannya luas.
Jadi dalam menentukan bentuk/ model pola pemanfaatan pekarangan akan berbeda satu sama lain, tergantung luas lahan pekarangan, luas dan bentuk serta tata letak bangunan rumah, jenis tanaman yang sudah ada maupun yang akan ditanam, keadaan ekonomi, keadaan lingkungan serta keinginan untuk mengelola dan memanfaatkan pekarangan secara maksimal.

4. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan baik untuk lahan maupun tanaman merupakan hal yang harus selalu diperhatikan. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rumput-rumput liar, bertujuan untuk mencegah kompetisi nutrisi tanaman dari tanah selain untuk kebersihan dan keindahan. Sisa-sisa tanaman dan rumput sebaiknya dikeringkan lalu dikubur ke dalam tanah dalam-dalam karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Sisa tanaman ini dapat juga diproses untuk dijadikan pupuk organik atau kompos. Pemberian air dengan cara penyiraman secara kontinyu sangat penting terutama pada tanaman yang berumur muda dan baru tumbuh, untuk selanjutnya aktivitas penyiraman ini dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan lahan pekarangan apakah kekeringan atau basah (lembab). Salah satu upaya untuk mempertahankan ketersediaan air di lahan pekarangan adalah dengan membuat kolam.

Pembagian Srata Pekarangan
Pekarangan perkotaan:
       Tanpa pekarangan (rumah tipe 21 dengan luas lahan ±36  m2),
       Pekarangan sempit (rumah tipe 36 dengan luas lahan ± 72  m2)
       Pekarangan sedang (rumah tipe 45 dengan luas lahan ± 90 m2)
       Pekarangan luas (rumah tipe 54 dengan luas lahan ± 120 m2)
Pekarangan pedesaan
       Pekarangan sempit (tanpa halaman)
       Pekarangan sedang (luas <120 m2)
       Pekarangan luas (luas 120-400 m2)
       Pekarangan sangat luas(luas >400 m2

Strata, model budidaya, dan basis komoditas (Kota)
No
Lahan
Model Budidaya
Basis Komoditas
1.
Kota: Rumah type 21 (Total lahan sekitar 36 m2),
Desa: lahan sangat sempit
  • Vertikultur (model gantung, rak dan tempel)
  • Sayuran : Sawi, Kangkung, Bayam, Caisin, Seledri, Selada, Bawang daun, dll
  • Toga: Kencur, Sambiloto, dll
  • Pot/ polibag
  • Sayuran:Cabe, Terong, Tomat
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temu Lawak, Kumis kucing
2.
Kota: Rumah Tipe 36 (Total lahan sekitar 72 m2)
Desa:Luas < 120  m2)
  • Vertikultur (model gantung, rak dan tempel)
  • Sayuran : Sawi, Kangkung, Bayam, Caisin, Seledri, Selada , Bawang daun
  • Toga: Kencur, Jahe merah, Binahong
  • Pot/ polibag
  • Tanaman buah dalam pot
  • Sayuran: Cabe, Terong, Tomat, Kacang panjang, Mentimun, Bayam, Kangkung
  • Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya.
  • Sirsak, Jambu biji merah, Belimbing
3.
Kota: Rumah Tipe 45 (Total lahan sekitar 90 m2)
Desa: Lahan dg luas 120-400 m2
·         Vertikultur (model gantung, rak dan tempel)
·         Sayuran : Sawi, Caisin, Bayam, Kangkung, Kemangi, Seledri, Selada
·         Toga: Kencur, Sambiloto, Jahe merah, Binahong
·         Pot/ polibag / tanam langsung
·         Buah
·         Sayuran: Cabe, Terong, Tomat,  Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Bayam, Kangkung
·         Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Temulawak.
·         Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing
·         Kolam mini
Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurami
4.
Kota: Rumah Tipe 54 (Total lahan sekitar 120 m2)

Desa:
lahan dg luas > 400 m2
·         Vertikultur (model gantung, rak dan tempel)
·         Sayuran: Sawi, Bayam, Kangkung, Caisin, Seledri, Selada
·         Toga: Kencur, Jahe merah, Binahong
·         Pot/polibag/tanam langsung
·         Buah
·         Sayuran: Cabe, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Buncis Tegak
·         Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya,
·         Pepaya, Jambu biji, Belimbing, Sirsak
·         Kolam
·         Pemeliharaan ikan: Lele/Nila/Gurami
·         Ternak Unggas
·         Ayam buras /itik (dikandangkan)
5.
Intensifikasi    pagar
·      Multi strata
Tanaman pagar
6.
 Intensifikasi lahan kantor, desa, sekolah dan fasilitas umum lainnya
·      Pot, bedengan, tanam langsung
 Tanaman sayuran, buah     dan pagar
7.
  Kebun bibit desa
·      Pot, rak, tanam langsung, bedengan
  Tanaman pagar, sayuran, ternak, dll

Model Budidaya dan Contoh Penataan Pekarangan

      
        



 PENGELOLAAN KEBUN BIBIT DESA (KBD)


Ø  Untuk memenuhi kebutuhan bibit anggota
Ø  Peserta adalah rumahtangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Warga atau satu dusun/kampung.
Ø  Pendekatan partisipatif
Ø  Dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. 

Persyaratan dan pengelolaanya
       Terletak dalam kawasan
       Lahan cukup luas, dekat sumber air
       Dikelola secara berkelompok tetapi ada penanggung jawabnya
       Dekat tempat tinggal pengelola sehingga pengontrolannya mudah
       Dikelilingi dengan pagar agar aman


Bangunan Rumah Pembibitan
       Ukuran: 3x6 m², tinggi 2,5 m
       Kontruksi dari bambu/kayu,
       Dinding  dikelilingi dg kasanet /paranet
       Atap plastik/fiber bergelombang, dilapisi paranet
                                   
Bagian dalam Rumah Pembibitan
       Rak dengan tinggi 80-120 cm, lebar 80 cm
Kotak pembibitan dari kayu atau plastik 


PENUTUP
Sekecil apapun pekarangan bisa kita manfaatkan dengan melakukan penataan lahan pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasnya, karena letaknya di sekitar rumah, maka pekarangan merupakan lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh anggota keluarga dengan memanfaatkan waktu luang yang tersedia. Pengelolaan KBD sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan KRPL agar keberlangsungannya berjalan optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2012. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2012 dengan tema: “Pemantapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal”. www.wnpg.org
Ariani, M. 2010. Analisis konsumsi pangan tingkat masyarakat mendukung pencapaian diversifikasi pangan. Gizi Indon 33(1):20-28
Bappeda dan BPS Sumbar, 2011.  Sumatera Barat dalam angka tahun 2011.  Bappeda dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. Padang.
Barthel, S. and  C. Isendahl. 2013. Urban gardens, agriculture, and water management: Sources of resilience for long-term food security in cities.  Ecological Economics 86: 224-234
Calvet-Mir, L., E. Gómez-Baggethun and V. Reyes-García. 2012. Analysis Beyond food production: Ecosystem services provided by home gardens. A case study in Vall Fosca, Catalan Pyrenees, Northeastern Spain. Ecological Economics 74 : 153-160
Davies, Z.G. , R. A. Fuller,, A. Loram, , K. N. Irvine , V. Sims and K. J. Gaston.  2009. A national scale inventory of resource provision for biodiversity within domestic gardens. BIOLOGICAL CONSERVATION 142 : 761–771.
Dewan Ketahanan Pangan, 2009. Draft-4. Indonesia tahan pangan dan gizi.  55 pp
Indriani, R. 2013. Indonesia tidak akan kekurangan pangan. Diambil dari http://www.beritasatu.com/nusantara/121383
Mazumdar, S. and Sanjoy Mazumdar.  2012.  Immigrant home gardens: Places of religion, culture, ecology, and family.  Landscape and Urban Planning 105: 258–265
Trinh, L.N., , J.W. Watson, N.N. Hue, N.N. De,  N.V. Minh, P. Chu, , B.R. Sthapit and  P.B. Eyzaguirre.  2003. Agrobiodiversity conservation and development in Vietnamese home gardens. Agriculture, Ecosystems and Environment 97: 317–344
 

1 comment:

  1. Nice weblog right here! Additionally your site so much up very fast! What host are you the use of? Can I get your associate link for your host? I wish my web site loaded up as fast as yours lol

    Aplikasi Vidy Coin
    Vidy Coin Adalah
    Cara Kerja Vidy Coin
    Sistem Kerja Vidy Coin
    Vidy Coin.APK Penghasil Uang
    Vidy Coin Cloud Mining
    Vidy Coin
    VidyCoin

    ReplyDelete