MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN
LESTARI (M-KRPL)
Pada
prinsipnya, M-KRPL adalah percontohan pemanfaatan pekarangan secara optimal
dengan berbagai jenis tanaman (tanaman pangan, sayuran, buah, toga, ikan) dan
ternak secara lestari untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga,
mengembangkan ekonomi produktif, serta menciptakan lngkungan hijau yang bersih
dan sehat secara mandiri. Tujuannya adalah mewujudkan kemandirian pangan
keluarga, penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman
pangan untuk masa depan, serta peningkatan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat. Perbedaan M-KRPL dengan program pemanfaatan pekarangan lainnya
adalah adanya upaya untuk menjaga keberlanjutan program dengan dibangunnya
kebun bibit pada setiap lokasi desa/kelurahan.
M-KRPL KOTA SAWAHLUNTO
Kelompok Wanita Tani (KWT) Lansek Manih, Kelurahan
Talawi Mudik sebagai pelaksana kegiatan M-KRPL di Kota Sawahlunto dipercaya
sebagai satu-satunya pelaksana sejak November 2011 lalu dan berlanjut sampai
sekarang. Pemilihan KWT ini tidak terlepas dari persyaratan yang ada untuk
mencapai keberhasilan, yakni rumahtrangga dalam satu kawasan yang kelompoknya
sudah terbentuk, partisipasi anggota dapat diandalkan dan lokasi mudah
dikunjungi, sehingga replikasinya dapat terlaksana dengan cepat.
Selain itu, pemilihan lokasi dan kelompok
juga sesuai dengan kesepakatan antara Dinas Pertanian dan Perkebunan melalui
kegiatan P2KP dan Program Sapu Bersih Kemiskinan yang dicetuskan oleh
Pemerintah Kota Sawahlunto.
Desa Talawi Mudik merupakan salah satu desa dari tujuh desa di Kecamatan Talawi. Luas desa mencapai 876 ha, terdiri
dari 4 Rukun Warga (RW). Luas lahan
pemukiman mencapai 15% dari luas desa, dengan
jumlah penduduk 2.587 orang (75 KK).
IMPLEMENTASI
Sebagai
kegiatan percontohan fasilitas yang disediakan bagi kelompok sasaran
rumahtangga peserta lebih bersifat stimulus guna memancing partisipasi aktif
dan motivasi masyarakat. Dalam bentuk fisik, BPTP Sumbar menyediakan Kebun
Bibit Desa (KBD), bibit sayuran dan buah, tanah dan pupuk kandang, rak
vertikultur, polibag dan pot, serta sarana pendukung lainnya agar sarana fisik
tersebut berfungsi dengan baik. Jenis
bibit sayuran antaranya bawang merah, terong, cabe, tomat, caisim, seledri,
kacang panjang, dan selada, sedangkan bibit buah terdiri dari mangga, buah
naga, pepaya, jambu biji, sirsak,
dan belimbing, serta toga.
Bimbingan
dan pendampingan teknis maupun kelembagaan dilakukan bersama oleh
peneliti/penyuluh, penyuluh pendamping, dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota
Sawahlunto secara berkala sesuai kebutuhan.
PELATIHAN KELOMPOK SASARAN
Materi pelatihan yang diberikan tidak hanya
mencakup teknis pembibitan dan budidaya tanaman pada media vertikultur,
polibag/plot atau langsung di tanah, tetapi juga dengan materi pengolahan hasil. Salah satu bentuk pengolahan bahan pangan
adalah menggunakan bahan baku ubijalar ungu yang dihasilkan sendiri oleh KWT.
Aneka produk yang dihasilkan adalah stik ubijalar, kue mangkok, dan es krem. Peragaan proses pengolahan hasil dari
ubijalar tersebut tidak hanya diikuti oleh anggota KWT Lansek Manih semata, tetapi juga dari
M-KRPL Sijunjung, kota Solok, Kab. Solok, Kab. Tanah Datar dan kelompok wanita lain di Kota Sawahlunto dan menjadikan
lokasi ini sebagai objek kunjungan.
Sebaliknya, terkait dengan peningkatan kapasitas,dan
motivasi, KWT Lansek Manih telah melakukan studi banding ke Balitbutrop, KP
Balitro Laing dan BPTP Sumatera Barat, guna melihat dari dekat keragaan sumber
benih/bibit tanaman buah, toga, dan sayuran yang mereka pakai.
UPAYA PENGEMBANGAN
Rangkaian kegiatan M-KRPL
diawali dengan kegiatan sosialisasi, penetapan kelompok sasaran, identifikasi
potensi lahan pekarangan, perencanaan pemanfaatan, implementasi teknologi
sesuai strata lahan, pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan
(replikasi). Khusus untuk implementasi, keberadaan dan fungsi KBD dalam
penyediaan benih/bibit menjadi kunci keberlanjutan. Bibit yang dihasilkan oleh
kelompok dari KBD tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga peserta,
lebih jauh juga bisa dipersiapkan untuk mengantisipasi permintaan untuk
pengembangan.
Beberapa indikator
keberhasilan dan pengembangan antara lain terlihat dari keragaan tanaman dalam
kawasan, dibangunnya KBD baru, meningkatnya rumahtangga peserta dari 15 menjadi 66, adanya inisiatif peserta
dalam menambah populasi tanaman dengan memperbanyak media tanam (polibag), banyaknya pengunjung dan mulai adanya replikasi secara terbatas di komplek
perumahan.
Respon positif dari pemerintahKota Sawahlunto adalah memfasilitasi sebanyak 37 KBD melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Sawahlunto dengan dukungan ini diharapkan keberlanjutan kegiatan ini dapat tercapai (milah dan tim mkrpl Sawahlunto 2012)
No comments:
Post a Comment